SLEMAN, voicejogja.com – Bunga Tabebuya tengah bermekaran di Taman Embung Sendangtirto Berbah Sleman. Bunga-bunga tersebut didominasi warna putih dan merah jambu, mirip sakura saat musim semi di Jepang.
Video soal mekarnya tabebuya ini viral di media sosial.
Fenomena serupa juga muncul di Magelang, Surabaya, dan sejumlah kota lain di Indonesia. Padahal, tabebuya bukanlah tanaman asli Indonesia.
Seperti dilansir Pandangan Jogja, Minggu (14/9/2025) malam, Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Atus Syahbudin, menjelaskan bahwa tabebuya berasal dari kawasan Amerika Selatan, terutama Brazil. Namun, karena sama-sama beriklim tropis, pohon ini bisa tumbuh dengan baik di Indonesia.
“Nah apakah cocok di Indonesia, aslinya kan dari Brazil dari Amerika selatan jawabnya adalah Indonesia juga berada di garis khatulistiwa sama dengan Brazil yang memiliki hutan Amazon juga beberapa negara di Afrika dari dari sisi suhu ini tidak jadi masalah,” kata Atus dihubungi Pandangan Jogja, Jumat (12/9/2025).

Pohon tabebuya yang sedang bermekaran di Taman Embung Sendangtirto.
Kerap Disamakan dengan Sakura, Apakah Satu Keluarga?
Atus mengatakan, meski tabebuya kerap disandingkan dengan sakura, namun kedua jenis tanaman ini berasal dari keluarga atau family yang berbeda. Sakura dari Jepang termasuk keluarga Rosaceae, sedangkan tabebuya masuk Bignoniaceae.
“Tabebuya itu batangnya monopodial, tajuknya kubah, daunnya majemuk menjari. Sedangkan sakura berdaun tunggal,” kata Atus.
Perbedaan lain tampak pada bentuk bunga. Sakura memiliki bunga tunggal dengan kelopak lima, sementara tabebuya memiliki bunga berbentuk terompet, khas keluarga Bignoniaceae. Meski begitu, keduanya sama-sama menghasilkan bunga dalam jumlah banyak pada satu tangkai, sehingga tampak penuh ketika mekar.
Perbedaan lainnya antara tabebuya dengan sakura adalah lokasi tumbuhnya tanaman tersebut.
“Sakura termasuk jenis yang tumbuh di daerah subtropis artinya ada 4 musim. Kalau tabebuya di daerah tropis ini hanya mengenal dua musim dan ini umum ya di daerah tropis,” ujarnya.
Mekar Saat Musim Kemarau Berakhir
Jika sakura mekar setelah musim dingin berganti semi, tabebuya justru berbunga pada musim kemarau dan mencapai puncaknya pada akhir musim kemarau.
“Daun tabebuya mulai rontok saat kemarau. Menjelang musim penghujan, bunganya justru muncul, bahkan sampai daunnya habis sehingga tinggal bunga saja,” kata Atus.
Menurutnya, usia bunga tabebuya hanya 3 sampai 4 hari. Mekarnya pun berangsur hingga awal musim hujan tiba. Pola ini mirip pohon buah di Indonesia yang mulai berbunga pada musim kemarau, lalu berbuah saat musim penghujan.
Adakah Pohon Lokal yang Bisa Gantikan Tabebuya di Pinggir Jalan?
Meski bukan tanaman asli Indonesia, sampai saat ini, tak ada laporan adanya masalah serius dari banyaknya pohon tabebuya yang ditanam di Indonesia. Namun untuk jangka panjang, menurut Atus perlu diwaspadai potensi sebaran hama dan penyakit, terutama jika ditanam secara massal.
Menurut Atus, penting mencari alternatif tanaman lain, terutama tanaman lokal yang lebih aman untuk lingkungan namun tetap estetis.
Lalu, adakah tanaman lokal yang bisa menggantikan tabebuya?
“Pertanyaan serupa pernah saya tanyakan waktu saya sekolah di Jepang, waktu itu musim bunga sakura. Saya bertanya kepada pelajar dan mahasiswa yang sedang kuliah, sekolah di Jepang, adakah pohon Indonesia yang bisa menandingi sakura?” kata Atus.
“Pelajar itu mengusulkan beberapa jenis pohon yang bisa menandinginya. Yang pertama yang banyak diusulkan adalah pohon kamboja. Yang kedua adalah bougenville, yang ketiga flamboyan, keempat melati, dan yang kelima adalah kemuning,” sambungnya.
Ia juga menyebut pohon lokal di sumbu filosofi Yogyakarta—yang sudah diakui UNESCO—bisa diangkat sebagai ikon pengganti. Misalnya asam Jawa dan tanjung di Panggung Krapyak, beringin di Alun-alun, hingga kepel dan gayam di sisi utara kota. Namun, secara estetik tanaman-tanaman ini tidak memiliki bunga seperti sakura maupun tabebuya.

Kondisi Embung Sendangtirto yang berada di Dusun Gambiran Sendangtirto Berbah Sleman.
Tabebuya Ikon Baru Taman Embung Sendangtirto
Sejak beroperasi di pertengahan tahun 2020, berdasar catatan media ini pohon tabebuya di komplek Taman Embung Sendangtirto telah berbunga 2 kali. Artinya dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun sejak menanam hingga berbunga seperti sekarang ini.
Di komplek bangunan seluas 4.800 m2 yang menelan anggaran 8,6 miliar ini tergenang air 9.700 meter kubik.
Dari ratusan pohon tabebuya yang berada di atas tanah seluas 11.548 m2 ini bisa dibranding menjadi ikon baru di Taman Embung Sendangtirto. Sayangnya masyarakat Sendangtirto sendiri belum banyak yang mengetahui. Padahal sayang jika dilewatkan begitu saja. (Mbah M)
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red

















