Breaking News

Home / Lifestyle / Opini

Rabu, 8 Oktober 2025 - 18:32 WIB

Membaca Mindset Orang Kaya dan Miskin

YOGYAKARTA – Pernah memperhatikan pola ini? Orang kaya cenderung selalu mencari ilmu, membaca buku, mengikuti seminar, dan menambah skill baru. Sementara sebagian orang yang hidup pas-pasan lebih sering mengeluh: tentang gaji kecil, biaya hidup, atau nasib yang tidak adil.

Faktanya, perbedaan ini bukan sekadar soal keberuntungan. Ini soal mindset dan kebiasaan sehari-hari. Mindset menentukan cara kita menghadapi masalah, peluang, dan pengembangan diri. Kebiasaan yang salah membuat orang sulit keluar dari kesulitan, sedangkan kebiasaan yang tepat membuka jalan menuju kemajuan.

Berikut alasan kenapa pola ini terjadi:

1. Mindset Orang Kaya: Fokus pada Solusi

Orang kaya memahami satu hal penting: setiap masalah punya peluang. Mereka tidak menghabiskan energi untuk mengeluh, tapi mencari solusi. Misalnya, jika pendapatan menurun, mereka menambah skill baru, mencari peluang investasi, atau membuka sumber pendapatan lain.

Sebaliknya, orang miskin dengan mindset mengeluh sering terjebak pada mental korban. Mereka melihat masalah, tapi energinya habis untuk mengeluh, membandingkan diri dengan orang lain, atau menyalahkan keadaan. Akibatnya, peluang tidak pernah dieksplorasi.

2. Belajar = Investasi Jangka Panjang

Orang kaya menyadari bahwa ilmu adalah aset. Membaca buku, mengikuti kursus, atau belajar skill baru bukan pengeluaran, tapi investasi yang bisa memberi hasil di masa depan. Pengetahuan memungkinkan mereka membuat keputusan finansial lebih tepat, memanfaatkan peluang, dan meningkatkan pendapatan.

Orang miskin cenderung mengabaikan investasi ini. Waktu dihabiskan untuk menonton gosip, media sosial tanpa tujuan, atau rutinitas yang tidak produktif. Energi untuk belajar tidak pernah muncul, sehingga kemampuan dan peluang stagnan.

Ilustrasi orang miskin.

3. Mengubah Pola Pikir vs Menunggu

Orang kaya cenderung punya mindset: “Apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah keadaan?” Mereka aktif, mengambil tindakan, dan belajar dari pengalaman. Mereka tahu risiko ada, tapi peluang lebih besar jika terus berkembang.

Baca Juga:  Pesan Prof. Jaka Triyana: Saatnya Indonesia Pimpin Norma Baru Hukum Laut Internasional

Orang miskin lebih sering berpikir: “Semua sudah takdir, saya tidak bisa berbuat apa-apa.” Mindset pasif ini membuat mereka hanya menunggu perubahan dari luar, sambil mengeluh tentang ketidakadilan atau keterbatasan.

4. Lingkungan Mendukung atau Membatasi

Orang kaya biasanya berada di lingkungan yang mendorong pembelajaran: teman, mentor, atau komunitas yang memacu diri untuk berkembang. Lingkungan seperti ini membuat belajar jadi kebiasaan, bukan beban.

Sebaliknya, orang miskin sering berada di lingkungan yang membenarkan keluhan. Jika semua orang di sekitar sibuk mengeluh, kita pun terdorong ikut-ikutan, tanpa sadar. Lingkungan sosial membentuk kebiasaan, dan kebiasaan membentuk masa depan.

5. Belajar Memberi Kendali, Mengeluh Mengurangi Kendali

Orang kaya tahu bahwa dengan belajar, mereka bisa mengendalikan hidup mereka sendiri. Pengetahuan membuat mereka mampu mengambil keputusan lebih tepat, mengelola risiko, dan memanfaatkan peluang.

Orang miskin yang sering mengeluh justru melepaskan kendali. Fokus mereka ada pada hal-hal yang tidak bisa diubah, sehingga energi untuk bertindak dan berkembang menurun. Akhirnya, hidup terasa stagnan, bahkan meski ada kesempatan.

Perbedaan antara orang kaya dan miskin bukan semata soal uang. Mindset dan kebiasaan belajar adalah kuncinya. Orang kaya fokus pada solusi, belajar setiap hari, dan menambah skill untuk memanfaatkan peluang. Orang miskin terlalu banyak mengeluh, menunggu perubahan dari luar, dan membiarkan rutinitas membatasi pertumbuhan.

Kabar baiknya: mindset ini bisa diubah. Dengan membiasakan diri membaca, belajar, bertanya, dan fokus pada solusi, siapa pun bisa meningkatkan peluang sukses. Mengeluh memang manusiawi, tapi jangan sampai menjadi kebiasaan yang menghambat kehidupan. (*)

 

Editor : Mukhlisin Mustofa/Red
Sumber : WhatsApp Hj. Hagia Sofia dan disarikan dari berbagai sumber.

Share :

Baca Juga

Berita Unggulan

Kids Fun Yogyakarta, Destinasi Keluarga yang Aman, Edukatif, dan Penuh Tawa!

Berita Unggulan

Antara Melihat Film PKI Karya Arifin C Noor dan Membaca Buku John Rossa

Berita Unggulan

Interregnum Prancis: Blokade Jalan Jadi Cermin Krisis Demokrasi Modern

Berita Unggulan

Kemenparekraf Dorong Pelaku Fesyen Jabodetabek Naik Kelas Lewat Bootcamp Inkubasi Fesyen 2025

Agama

Problematik NU dan Muhammadiyah Sama, Tradisionalisme Macet di NU dan Modernisme Stagnan di Muhammadiyah

Berita Unggulan

DWP Kota Yogyakarta Rayakan HUT ke-26 dengan Lomba Tumpeng Jajanan Tradisional, Kampanyekan Pangan Lokal dan Zero Waste

Berita Unggulan

Rahasia Sejahtera Dunia: Gotong Royong dan Makna Hidup ala Indonesia

Berita

Para Penyintas Gaza Hadapi Jalan Panjang untuk Pulih dari Luka Psikologis