Breaking News

Home / Berita Unggulan / Daerah / Hukum / Pemerintah / Pendidikan / Uncategorized

Jumat, 17 Oktober 2025 - 09:32 WIB

Kemenag Kota Yogya Himbau Masyarakat Hormati Tradisi Pondok Pesantren

KOTA YOGYA, voicejogja.com – Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta Ahmad Shidqi menghimbau untuk menghormati tradisi yang ada di pondok pesantren. Hal itu dinyatakan Ahmad Shidqi ditemui usai melakukan Jumpa Pers di Ruang Rapat Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (Kominfosan) Kota Yogyakarta, Kamis (16/10/2025) siang.

“Di pesantren, ada tradisi yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya dituduh feodal. Lah..jika masyarakat pesantren tidak merasa itu feodal, lalu ukuran feodal menurut siapa?,” tanya Ahmad Shidqi.

“Untuk itu, terkait tayangan di Trans7 dengan program Xpose yang dinilai melecehkan Kiai Anwar Manshur dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Maka, kami secara pribadi mengajak masyarakat Kota Yogya untuk menghormati tradisi yang ada di pesantren,” ujarnya.

Dituturkan Ahmad Shidqi, di pondok pesantren terdapat kultur takzim atau menghormati para guru. Yang notabene adalah pemberi ilmu. Dari sini ada hubungan guru-murid. Dan, menghormati orangtua, guru dalam konteks moral, etika, attitude kan selaras dengan Budaya Timur.

“Di Jepang saja yang sudah super maju, budaya membungkuk kepada orang lain sebagai penghormatan masih lestari. Apa lagi ini di pesantren sebagai lembaga pendidikan, maka otomatikeli budaya menghormati diterapkan dan dipraktekan,” terangnya.

Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta Ahmad Shidqi saat diwawancarai.

Menurut kacamata orang luar, di pondok pesantren hidup dua kultur: Takzim dan feodalisme. Keduanya seringkali menyatu dan ketika masyarakat Muslim semakin modern dan berpikir makin kritis, batasan keduanya mulai dipertanyakan.

Baca Juga:  Manfaatkan BKK Dana Keistimewaan DIY, Masyarakat Banyurejo Panen Semangka dan Cabai

Masalahnya, karena banyak kyai-ulama tanpa sadar menikmati penghormatan itu tanpa mengikis unsur feodalismenya.

Untuk mengembalikannya pada jalur yang benar, karenanya, pesantren perlu memisahkan mana adab-takzim, mana feodalisme. Adab dalam ilmu dan takzim ke guru-ulama adalah ajaran Islam, feodalisme adalah tradisi Jawa dan Eropa.

Takzim pada guru-ulama hanya karena satu alasan: Ilmu dan akhlaknya, atau otoritas ilmu dan integritasnya. Penghormatan karena status dan keturunannya, apalagi berlebihan, adalah feodalisme. Islam tak mengajarkan penghormatan pada manusia karena status, keturunan dan kekayaannya. Bukankah yang di lihat Allah SWT hanya ketakwaannya? (Mbah M)

Editor : Mukhlisin Mustofa/Red

Share :

Baca Juga

Daerah

Penanaman Pisang Cavendish di Jembrana: Langkah Strategis dalam Penataan Tanah Ulayat dan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal

Berita Unggulan

Komdigi Blokir Akses ke Digitaloceanspaces.com Terkait Judol

Berita Unggulan

Timnas Indonesia Disambut Presiden Prabowo Usai Tumbangkan Tiongkok, Penuh Kehangatan dan Kebanggaan

Berita Unggulan

Menhub Dudy Harap Pemda Dukung Kelancaran Arus Lalu Lintas Lebaran 2025, Ini Harapan Besarnya!

Berita Unggulan

Seminar GSM Hadirkan Konsep Transformasi Diri Lahir Batin dengan Mudah di Yogyakarta

Daerah

Kelurahan Petompon: Model Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Berita Unggulan

PSIM Revans Manis, Kalahkan Bali United 3-1 di BRI Super League 2025

Berita Unggulan

Polri Tuntaskan 3.326 Kasus Premanisme Lewat Operasi Serentak