Yogyakarta, Nasionalku.com – Suasana Taman Budaya Embung Giwangan, Senin (10/11/2025), terasa berbeda dari biasanya. Deretan penonton tampak antusias menyaksikan film berjudul Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa. Namun yang membuatnya spesial bukan hanya kisah sejarah yang diangkat, melainkan cara film ini dibuat—seluruhnya menggunakan teknologi AI.
Film yang menggabungkan sejarah dan teknologi ini menjadi simbol baru peringatan Hari Pahlawan di Kota Yogyakarta. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, yang turut hadir, menyebut film tersebut sebagai terobosan luar biasa di dunia perfilman lokal.
“Film ini luar biasa karena menggabungkan semangat kepahlawanan dengan teknologi modern. Ini menunjukkan bahwa AI bisa dimanfaatkan untuk karya kreatif yang bermakna,” kata Wawan.
Wawan menilai pemanfaatan AI membuka peluang besar bagi generasi muda Yogyakarta yang kreatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Ke depan, animasi dan film berbasis AI bisa menjadi sesuatu yang berkembang pesat dan bersaing secara global,” ujarnya.
Dari sisi pemerintah pusat, dukungan terhadap karya berbasis teknologi juga datang dari Direktur Direktorat Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI, Syaifullah Agam. Ia menegaskan bahwa AI seharusnya tidak dianggap sebagai ancaman, melainkan peluang untuk berkembang.
“Kita tidak perlu takut dengan AI. Sama seperti waktu munculnya ojek online dulu, banyak yang menolak, tapi akhirnya justru membawa manfaat besar,” ungkapnya.
Menurutnya, teknologi AI dapat membuat proses produksi film lebih cepat dan hemat biaya.
“Produksi animasi konvensional bisa menelan biaya puluhan miliar rupiah, sedangkan dengan AI bisa jauh lebih efisien tanpa menurunkan kualitas,” jelas Syaifullah.
Namun, ia juga menyoroti pentingnya menjaga aspek hak kekayaan intelektual (HAKI) agar inovasi tidak melanggar etika dan aturan yang berlaku.
“Kita harus tetap memperhatikan HAKI, tapi jangan sampai rasa takut itu menghentikan kita untuk berinovasi,” tegasnya.
Produser film Diponegoro Hero, King Bagus, menyebut proyek ini sebagai bentuk eksperimen kreatif yang ingin membawa semangat kepahlawanan ke generasi digital.
“AI bukan ancaman. Justru lewat teknologi ini, kami bisa memperkenalkan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro ke dunia dengan cara yang baru dan relevan,” ujar King.
Film ini bukan sekadar hiburan, tapi juga pesan tentang bagaimana semangat pahlawan bisa terus hidup lewat teknologi. Di era digital seperti sekarang, perjuangan bisa diwujudkan bukan hanya di medan perang, tapi juga lewat karya dan inovasi.
sumber: warta.jogjakota.go.id




















