Yogyakarta, Voicejogja.com – Di tengah senja yang memeluk Candi Plaosan dengan cahaya keemasan, puluhan orang duduk bersila, menautkan napas pada denyut bumi dan riwayat leluhur. Batu-batu kuno yang telah berabad-abad menyimpan kisah peradaban, kini kembali hidup, bukan lewat upacara megah atau tarian kolosal, tetapi melalui kesunyian, pernapasan, dan rasa syukur.
Inilah wujud nyata dari Aktivasi Cagar Budaya yang tidak hanya menghidupkan kembali situs sejarah, tetapi juga mengembalikan manusia kepada kesadaran terdalamnya: bahwa budaya adalah energi yang terus bergetar dalam tubuh, alam, dan jiwa.
Program Yoga dan Meditasi “Harmoni Alam dan Jiwa” di Candi Plaosan yang diinisiasi oleh Museum dan Cagar Budaya (MCB) menghadirkan pengalaman spiritual, intelektual, dan kultural dalam satu tarikan napas. Aktivasi ini menjadi ruang pertemuan antara pengetahuan ilmiah, kesadaran spiritual, dan hiburan yang menyehatkan batin, sesuai dengan semangat MCB sebagai lembaga yang tak hanya menjaga warisan, tetapi juga menghidupkan maknanya.

Foto: Istimewa
Kolaborasi antara Outdoor Yoga Club dan Forest Therapy memberi warna alami pada kegiatan ini. Yoga di bawah langit terbuka, dengan latar kemegahan Candi Plaosan, menjelma menjadi praktik kesadaran diri yang menautkan manusia dengan semesta. Ketika Coach Ketut Artana memandu gerakan Hatha Yoga, peserta tak hanya menyeimbangkan tubuh, tetapi juga menyelaraskan batin dengan energi bumi.
Saat matahari beranjak tenggelam, aroma rempah dan pangan lokal, ubi ungu, pisang rebus, kacang, dan minuman jahe sereh jeruk nipis — membawa peserta pada kesadaran lain: bahwa kesejahteraan lahir dari kesederhanaan dan penghargaan terhadap hasil bumi. Momentum ini menjadi simbol peringatan Bulan Batik, Kebudayaan, dan Pangan 2025, yang mengingatkan bahwa batik, pangan, dan spiritualitas adalah jalinan yang tak terpisahkan dari identitas Nusantara.
Ketika malam turun, Meditasi Kasih yang dipandu dr. Herin mengalir lembut di bawah cahaya obor dan lilin elektrik. Suara lembut sound healing berpadu dengan desiran angin di antara relief candi, membawa peserta memasuki perjalanan batin tanpa batas. Dalam diam, setiap orang diajak memaafkan, mengucap terima kasih pada tubuhnya, dan menyadari bahwa kehidupan adalah arus yang perlu diterima, bukan dilawan.
Sesudah meditasi, diskusi kecil membuka ruang refleksi: bahwa kebudayaan bukanlah benda mati yang dipajang, tetapi pengalaman hidup yang dihayati. Aktivasi seperti ini membuktikan bahwa Cagar Budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan ruang penyembuhan, pembelajaran, dan transformasi masa kini.
Program ini tak hanya menyemarakkan bulan kebudayaan, tetapi juga memperluas makna wellness tourism berbasis warisan budaya. Di tengah dunia yang serba cepat dan bising, Candi Plaosan menghadirkan pesan lembut namun mendalam, bahwa keseimbangan hidup dapat ditemukan ketika kita kembali menyatu dengan alam, sejarah, dan diri sendiri.
Dengan dukungan para sponsor seperti Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Hotel Cavinton, Jamu Bu Kawit, Dapur Alit, Swara Santi, Dermacology, Wellnessantara, dan Lokalpress.id, kegiatan ini menjadi bukti bahwa sinergi lintas sektor dapat membangun ekosistem budaya dan wellness yang berkelanjutan.
Candi Plaosan malam itu tidak sekadar menjadi saksi, tetapi juga menjadi guru sunyi , mengajarkan bahwa keindahan sejati tidak hanya terlihat, tetapi dirasakan. Dalam Harmoni Alam dan Jiwa, kita belajar bahwa kebudayaan adalah napas kehidupan itu sendiri.



















