BANTUL, voicejogja.com – Merespon situasi yang berkembang di Indonesia saat ini, Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara menggelar Ruwat Sukerta, Senin (1/9/2025) malam, bertempat di Rumah Jawa Apik, Kasihan, Bantul.
“Doa bersama untuk bangsa saat ini sangat dibutuhkan agar semua pihak mendapat tuntunan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dalam menjalani situasi berbangsa dan bernegara saat ini,” kata Petrus yang juga Jaringan Aksi Lintas Iman Nusantara dalam sambutannya.
“Kekuatan doa akan mampu menembus labirin batin setiap manusia. Jika semua menyatukan doa, saya yakin Tuhan akan memberi terang bagi Indonesia,” lanjut Petrus.

Teatrikal Wayang Obong oleh Eko Hand. Foto: Istimewa
Doa lintas agama dan kepercayaan ini diikuti oleh perwakilan Hindu, Budha, Kristen, Islam, Katolik, Konghucu dan Penghayat Kepercayaan. Doa dan acara ini ditujukan kepada perjuangan aparat, demonstran dan kompleksitas yang terjadi di dalamnya.
“Kami prihatin dan meyakini aparat dan demonstran ini memiliki tujuan yang sama yaitu martabat negara, kehidupan yang lebih baik, persatuan dan kesatuan bangsa. Namun mereka terpaksa berada pada kubu yang berseberangan,” tutur Eko Hand, Ketua Umum Taman Sesaji Nusantara, melalui pesan WhatsApp, Selasa (2/9/2025) malam.
Selain doa dari 6 perwakilan agama dan penghayat kepercayaan, juga dilakukan teatrikal singkat “Wayang Obong” oleh Eko Hand. Membakar wayang-wayang kertas rampokan buta dan berbagai karakter buta, karakter sengkuni dan karater tikus berdasi.
Kemudian Eko Hand membagikan kertas putih dan meminta seluruh peserta untuk menuliskan dengan rasa (tanpa tinta) tentang berbagai karakter buruk yang menurut peserta harus dihilangkan kemudian dibakar bersama. Peristiwa ini dimaksudkan agar masyarakat, demonstran dan aparat menjadi kritis, jeli membaca situasi, kemudian bersatu mengambil sikap untuk mewujudkan cita-cita besar Negara Indonesia yang bermartabat.
Acara ditutup dengan seruan kepada seluruh masyarakat, demontran, aparat dan terutama pemangku kekuasaan agar mengedepankan nilai-nilai moral dan etika dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Eko Marwanto)
Editor: Mukhlisin Mustofa/Red




















