Isuenasional, Jakarta – Kementerian Sosial Republik Indonesia meresmikan dimulainya penyelenggaraan Sekolah Rakyat dengan menandatangani perjanjian pinjam pakai aset bersama 41 instansi pemerintah daerah dan 2 universitas di Gedung Graha Aneka Bhakti, Jakarta.
Penandatanganan ini dilakukan untuk mendukung pembukaan titik-titik Sekolah Rakyat rintisan di luar aset milik Kemensos, sebagai bagian dari strategi perluasan jangkauan program dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai di berbagai daerah.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menegaskan bahwa perjanjian ini menjadi fondasi utama pendirian Sekolah Rakyat yang digagas langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. “Tanpa lahan dan bangunan, tidak ada rumah belajar. Tanpa rumah belajar, harapan anak-anak miskin akan tetap menjadi mimpi,” ujar Gus Ipul.
Program Sekolah Rakyat dirancang sebagai solusi strategis nasional untuk memutus rantai kemiskinan antargenerasi dan mempersiapkan Generasi Emas 2045, dengan Kemensos sebagai koordinator pelaksana berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2024.
Sasarannya adalah anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem yang belum pernah sekolah atau terancam putus sekolah. Berdasarkan data BPS Susenas Maret 2024, terdapat 4,1 juta anak usia sekolah yang tidak atau belum pernah mengenyam pendidikan formal.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. Dr. (H.C.) Mohammad Nuh, menyebut Sekolah Rakyat sebagai gerakan sosial untuk melunasi janji kemerdekaan: memuliakan kaum miskin lewat pendidikan yang transformatif. “Pendidikan adalah sistem rekayasa sosial terbaik untuk memutus rantai kemiskinan,” ujarnya.
Setiap siswa Sekolah Rakyat akan mendapat fasilitas lengkap, termasuk:
Pemeriksaan kesehatan menyeluruh
Pemetaan potensi berbasis AI
Penilaian akademik dan psikososial
Asrama dan makan 3 kali sehari
Seragam dan perlengkapan sekolah
Pendampingan pembelajaran digital
Pembiayaan pendidikan Rp48,25 juta per anak per tahun
Prof. Nuh juga menjelaskan pendekatan personalized learning berbasis talent mapping, memastikan setiap anak belajar sesuai kekuatannya. “Setiap anak itu genius. Kita hanya perlu tahu di mana kekuatannya dan mengarahkan ke sana,” tegasnya.
Model pendidikan Sekolah Rakyat disebut model delta, yang memetakan kondisi awal siswa dan mengevaluasi peningkatannya secara berkala. “Solidaritas sosial pun tumbuh karena mereka semua berangkat dari titik berat yang sama,” ungkapnya.
Di akhir sambutannya, Prof. Nuh menegaskan bahwa Sekolah Rakyat bukan hanya sarana pendidikan, tapi juga kendaraan menuju kebangkitan Indonesia. “Tahun depan Indonesia harus bangkit. Sekolah Rakyat adalah jalannya,” tutupnya.
Sumber: Kemensos




















