Breaking News

Home / Berita Unggulan / Favorite / Wisata

Kamis, 14 Agustus 2025 - 07:55 WIB

Mengelola Destinasi Wisata DIY ala Agus Budi Rachmanto: Filosofi Pohon Kehidupan untuk Pariwisata Berkelanjutan

Agus Budi Rachmanto ajarkan filosofi pohon kehidupan untuk pengelolaan destinasi wisata DIY yang berkelanjutan di Pantai Goa Cemara, Bantul. Foto: Istimewa

Agus Budi Rachmanto ajarkan filosofi pohon kehidupan untuk pengelolaan destinasi wisata DIY yang berkelanjutan di Pantai Goa Cemara, Bantul. Foto: Istimewa

VoiceJogja, Pantai Goa Cemara, Gadingsari, Sanden, Bantul, Yogyakarta — Sebanyak 20 peserta dari berbagai unsur pelaku pariwisata mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Destinasi Wisata yang diselenggarakan di Pantai Goa Cemara, Bantul. Tema yang diangkat dalam kegiatan ini adalah Manajemen Bisnis dan Pemasaran Destinasi Wisata, dengan harapan memperkuat pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Agus Budi Rachmanto, Sekretaris Umum DPD PUTRI DIY, hadir memberikan pembekalan. Dalam paparannya, ia menyampaikan filosofi menarik tentang bagaimana membangun dan merawat destinasi wisata dengan analogi pohon kehidupan.

“Destinasi wisata itu ibarat pohon. Ia tidak langsung menghasilkan uang. Perlu dirawat, diberi perhatian, dan dijaga bersama. Dari akar, batang, hingga daun dan buah — semuanya satu kesatuan,” ujar Agus.

Ia menekankan bahwa kerja tim (teamwork) adalah kunci utama. “TEAM adalah singkatan dari Together Everyone Achieves More — bersama, setiap orang akan mendapatkan hasil yang lebih baik,” tambahnya.

Dari Akar Hingga Buah: Tahapan Membangun Destinasi

Agus menjelaskan bahwa akar merupakan simbol dari cita-cita, ide, dan inovasi yang lahir dari pikiran dan visi bersama. “Akar tumbuh di tempat gelap, seperti halnya ide yang muncul dari pemikiran terdalam kita. Tanpa akar yang kuat, pohon tidak akan bisa tumbuh,” jelasnya.

Baca Juga:  Empat Sekolah Rakyat Siap Hadir di Sumut Tahun Ini, Salah Satunya di UINSU

Batang menggambarkan struktur dan sistem koordinasi yang harus terbangun secara kokoh. Dari sana, akan tumbuh cabang, daun, dan akhirnya buah — yang merupakan simbol dari hasil pengabdian, usaha kolektif, dan pencapaian nyata.

Ia juga mengingatkan bahwa buah dari kerja keras ini tidak akan muncul tanpa proses dan kesabaran.

“Pertanyaannya, apakah benih yang kita tanam hari ini sudah memberikan manfaat? Itulah yang harus kita renungkan,” katanya.

Kolaborasi dan Kearifan Lokal

Agus menyinggung pentingnya kolaborasi dalam pengembangan pariwisata. Menurutnya, bangsa yang tidak mampu membangun kolaborasi dan sinergi hanya akan seperti pohon yang rapuh, tanpa akar dan arah.

Ia juga membahas filosofi Jawa kuno “Among Tani Dagang Layar” yang diterapkan di DIY sebagai panduan dalam pengembangan sektor ekonomi, termasuk pariwisata. Filosofi ini mengajarkan harmoni antara pertanian, perdagangan, dan kelautan — sebagai pondasi pembangunan berkelanjutan.

Mewarnai Keberagaman, Merawat Kebersamaan

Dalam sesi akhir, Agus memberikan refleksi tentang pentingnya merawat kebersamaan di tengah keberagaman

“Setiap ide, warna, dan perbedaan adalah kekayaan. Bila kita mampu mengelolanya dengan bijak, maka itu menjadi kekuatan besar yang tidak akan terkalahkan,” pungkasnya.Agus

Share :

Baca Juga

Berita Unggulan

Apakah BeerBear Bisa Jadi Solana Berikutnya? Temukan Potensi Token Ini di Pasar Kripto!

Berita Unggulan

Kemensos Siapkan Jutaan KPM Dukung Koperasi Desa Merah Putih

Wisata

Program “BINA Lebaran 2025” : Memperkuat Wisata Belanja Indonesia

Berita Unggulan

Presiden Prabowo dan PM Anwar Sepakat Dukung Solusi Damai untuk Palestina dan Timur Tengah

Berita Unggulan

Indonesia Jadi Juara Grup B Badminton Asia Mixed Team Championships 2025 Usai Kalahkan Malaysia, Ini Sorotan Pertandingannya!

Berita Unggulan

Menhub Dudy Purwagandhi Bertemu Gubernur DIY

Wisata

Kemenpar Gelar Pelatihan Konten Kreator untuk Pemandu Wisata

Agama

Kemenag Gelar Tes Kemampuan Akademik 2025, Ukur Daya Saing Siswa Madrasah dan Santri Secara Nasional