VoiceJogja, Bekasi – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa penyakit kusta tidak mudah menular dan dapat disembuhkan sepenuhnya. Stigma sosial yang masih melekat justru menjadi tantangan utama dalam upaya eliminasi kusta di Indonesia.
Hal ini disampaikan Menkes saat meninjau langsung program penguatan eliminasi kusta di Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/7/2025). Dalam kunjungan tersebut, ia meninjau fasilitas Puskesmas, memberikan bantuan langsung kepada warga penderita kusta, serta berdialog dengan jajaran Dinas Kesehatan setempat.
“Kusta itu bisa disembuhkan. Obatnya gratis. Tapi karena stigma, banyak yang takut melapor dan akhirnya datang sudah terlambat. Padahal, kalau diobati sejak awal, tidak menular dan tidak menyebabkan disabilitas,” jelas Menkes Budi.
Ia juga menegaskan bahwa kusta tidak mudah menular. Penularan hanya terjadi melalui kontak erat dan dalam waktu lama, dan pasien yang sudah menjalani pengobatan tidak lagi menularkan penyakitnya. Deteksi dini menjadi kunci keberhasilan pengobatan yang rata-rata hanya membutuhkan waktu enam bulan.
“Kalau ditemukan satu kasus, anggota keluarga langsung diberi obat pencegahan sekali minum. Itu bisa memutus rantai penularan,” tambahnya.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang turut hadir mengungkapkan bahwa kusta kerap dikaitkan dengan kemiskinan. Oleh karena itu, selain pengobatan, dukungan pemenuhan gizi juga harus diberikan.
“Kami siap bantu Rp1 juta per bulan untuk keluarga penderita agar mereka bisa beli makanan bergizi. Juga insentif Rp10 juta bagi tenaga kesehatan yang aktif dampingi pasien sampai sembuh,” ujar Dedi.
Sementara itu, Bupati Bekasi Ade Kuswara menyatakan komitmennya menjadikan kesehatan sebagai prioritas pembangunan berbasis desa. Salah satunya dengan memperbaiki sanitasi, rumah tidak layak huni, dan menyusun data kesehatan desa yang presisi.
“Kita mulai dari desa, dari rumah yang sehat. Kalau rumah penderita kusta tak layak, kita bantu rehab,” tegasnya.
Hingga Juni 2025, tercatat 121 kasus baru kusta di Kabupaten Bekasi dengan Case Detection Rate (CDR) 3,34. Mayoritas kasus adalah tipe basah (multibasiler), termasuk enam kasus pada anak-anak yang menunjukkan masih adanya penularan aktif dalam rumah tangga.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Alamsyah, menyebut kunjungan Menkes dan Gubernur sebagai momentum penting untuk membalik stigma negatif terhadap penyakit ini.
“Kusta bukan aib. Dengan dukungan semua pihak, kita bisa eliminasi kusta dari Bekasi,” tegasnya.
Program eliminasi kusta di Kabupaten Bekasi kini mengedepankan kolaborasi antara Puskesmas, rumah sakit, kader desa, dan organisasi mitra seperti No Leprosy Relief.




















