Isuenasional, Jakarta, 10 Juli 2025 — Di pelataran Sentra Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur, suasana haru menyelimuti para orang tua yang melepas anak-anak mereka menempuh kehidupan baru di Sekolah Rakyat, sekolah gratis berasrama untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Suharni (38), seorang janda beranak tujuh, adalah satu dari sekian banyak orang tua yang penuh harap. Ia tak kuasa membiayai sekolah swasta, dan kini menggantungkan mimpi putrinya Silvi (13) pada pendidikan gratis yang ditawarkan negara. “Harapannya besar di anak-anak,” ujarnya lirih.
Sekolah Rakyat adalah Sebuah program pendidikan yang tidak hanya memberikan pelajaran formal, tapi juga pembinaan karakter, keterampilan hidup, dan pendampingan intensif dari para wali asrama. Sekolah ini menjadi rumah harapan baru bagi siswa dari keluarga tak mampu.
Saat ini, Sekolah Rakyat dijalankan di Sentra Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur, yang menampung 75 siswa tingkat SMP dan 180 siswa SMA. Anak-anak datang dari berbagai wilayah DKI Jakarta dengan latar belakang ekonomi berat.
Secara resmi, kegiatan belajar-mengajar serentak akan dimulai pada Senin, 14 Juli 2025. Namun, pada Rabu (9/7), simulasi telah digelar dengan melibatkan kegiatan pemeriksaan kesehatan, tes kebugaran, dan adaptasi awal.
Ini semua seoerti mimpi bagi sebagian besar otang tua siswa, Karena bagi mereka, sekolah negeri pun sulit diakses. Banyak yang menyerah sebelum mencoba. Tapi Sekolah Rakyat hadir menjemput bola, memberikan kesempatan tanpa memungut biaya sepeser pun.
Sekolah Rakyat ini memeiliki Fasilitas bersih, makanan bergizi, pendidikan karakter, hingga lingkungan aman dan bebas dari pengaruh negatif menjadi alasan banyak orang tua akhirnya mantap menitipkan anak mereka. Bagi Hasyim, warga Jakarta Utara, asrama jauh lebih baik dibanding membiarkan anaknya terpapar lingkungan rumah yang rawan tawuran dan pergaulan bebas.
Program ini juga mendapat dukungan dari sejumlah tokoh nasional. Menteri Sosial Syaifullah Yusuf, Wakil Ketua KSP M. Qodari, pendiri ESQ Ary Ginanjar, dan Prof. Muhammad Nuh hadir di hari pertama sekolah. “Negara hadir, bukan hanya memberi bantuan, tapi masa depan. Dan masa depan itu dimulai dari pendidikan,” tegas Mensos Syaifullah.
Bagi Prof. Nuh, Sekolah Rakyat bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan rumah pembentuk karakter dan pemimpi masa depan. “Kita tidak sekadar mencetak lulusan, tapi membangun manusia,” ujarnya.
Meski sederhana, sekolah ini menyimpan energi besar. Tempat di mana harapan kembali tumbuh dan mimpi tak lagi terasa jauh. Karena di Sekolah Rakyat, setiap anak diajarkan untuk percaya bahwa mereka layak memiliki masa depan yang lebih baik.
Sumber: Infopublik.id


















